twitter


Masihkah kau dapat dipercaya?
Masihkah kau menghargaiku?
Masihkah kau setia?
Masihkah kau menganggapku?
Masihkah kau cinta padaku?
Masihkah kau berpikir aku lah satu satunya?
Jika jawabanmu MASIH!
Apa sudah kau tinggalkan mereka? Mereka perkara perkara yang membuatku enggan, membuatku sakit?
Seperti apa inginmu jika aku masih kau suruh tetap tinggal tapi kau belum juga enggan meninggalkan mereka!


Meski rasa sakit itu masih menggebu
Meracuni otak dan hatiku
Tapi tak bisa dipungkiri,
Perasaan itu,
Rinduuu, sayaaang jelas masih ada disini, dihatiku.
Aku kangen kamu a'
Aa'.....
Aku tidak berdaya, ketika sakit dan rindu berperang dalam hati
Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbi 'ala dinik


Aku tidak tahu pasti
Aku hanya berusaha beradaptasi
Entah aku harus menjalani sesuatu yang baru dan serba baru
Ataukah aku memang ditakdirkan tenggelam denganmu
Entah posisi apa yang kau duduki sekarang dihatiku, meskipun hati merindumu, logikaku tetap berontak jika ingat hal itu
Meskipun aku tak lagi kesepian, tetapi untuk berada dalam keramaian itu aku sangat berusaha keras
Berusaha tersenyum, berusaha berucap welcome
Sampai kini pertanyaan ini masih menghantuiku, SETEGA ITUKAH KAMU?


Aku memang percaya cintamu untukku
Aku memang percaya tempatmu kembali hanya aku
Tapi kenapa dengan gampangnya kamu bermain cinta dengan yang lain meski pada akhirnya kembali kepadaku, meski satu2nya yang kamu ceritakan pada orang tuamu hanya aku
Kamu pikir aku bisa memaafkanmu lagi? Kamu pikir aku bisa menerimamu lagi? Kamu pikir di masa lalu dimana aku bisa menerimamu lagi, kini ketika kamu berulah yang sama aku menerimamu lagi?
Bodoh! Aku memang bodoh! Selalu percaya kamu. Selalu menerima kamu. Selalu memaafkan kamu.
Ini parah, kali ini parah.
Cukup, cukup sampai disini.
Aku hanya berdo'a, aku tidak lagi terlena bualanmu, tidak kalah dengan cintaku.
Aku ingin berhenti, menghentikan cinta yang pernah tumbuh subur untukmu.
Aku hanya perlu merangkak hingga aku bisa berdiri tegak tanpamu.


Dimana letak hatimu
Dimana logikamu
Katamu cinta
Tapi mengapa begini
Ini tidak waras
Pernahkah kau berfikir tentang perasaanku
Kamu tau betapa sekaratnya aku diselasela ku membangun istana kita yang dulu kau hancurkan dengan tega
Kamu tau betapa sulitnya aku mengembalikan kepercayaan ibuku padamu
Kamu tau betapa gilanya aku lebih memilihmu dari pada ia yang dengan mapan dan lantang melamarku
Kamu tau betapa sakitnya telingaku ketika aku mendengar kata "bodoh, goblok, tolol, janc*k" yang dilemparkan mereka teman2ku ketika mereka tau aku menerimamu kembali
Dan apa yang kamu lakukan ketika aku berhasil melewati itu semua?
Yaaah aku sudah berhasil membangun istana itu kembali
Tapi lagi2 tanpa warasmu kau hancurkan lagi, kau remukkan lagi
Apa menurutmu aku terlalu gampang memaafkanmu seperti sebelumnya.
Ini tidak waras
Cinta seperti apa yang kau sajikan padaku
Jika dibelakangku kau memainkan cinta yang lain
Dimana letak malumu, jika kau me perjuangkanku ke orangtua kita, sedangkan kamu memainkan cinta yang lain.
Belum cukupkah dulu? Belum cukupkah aku berkali2 memaafkanmu hanya untuk masalah yang sama
Kamu tau, kali ini kamu sungguh gila.
Perbuatanmu! Membuatku murka!
Orang baik tak selamanya pemaaf kan, orang baik tak selamanya mau diperlakukan salah kan.
Cinta ini tulus, tapi ketulusan itu kau hancurkan berkali2.
Terima kasih, tapi aku percaya. Kamu akan merasakannya apa yang aku rasakan kini.
Hancur, lebur, menjadi abu.